Langsung ke konten utama

SEJARAH DESA JALATRANG

AWAL MULA BERDIRI DESA DJALATRANG

A. Awal mula Desa Jalatrang

Menurut cerita turun temurun masyarakat berawal kisah Buyut Nata Praja, seorang tokoh dari Mataram yang datang ke wilayah Jalatrang pada tahun 1800, untuk mengecek 'Bengkok' tanah atau sawah yang pada saat itu pernah menjadi wilayah kekuasaan Mataram. Saat itu wilayah Jalatrang termasuk wilayah Galuh sudah diserahkan sepenuhnya oleh Mataram kepada pihak Kompeni, sesuai dengan perjanjian pada tanggal 15 Oktober 1705. Namun demikian, wilayah Galuh dan daerah Priangan timur lainnya tetap berada dalam wilayah administratif Cirebon. Di Galuh sendiri saat itu dipimpin oleh Mas Garuda yang memegang pemerintahan sejak tahun 1751 hingga tahun 1801, dengan gelar Radén Kusumadinata III. Dan selanjutnya digantikan oleh Raden Adipati Natadikusuma (1801-1806). Desa Jalatrang pada tahun 1800 pada akhir abad ke 18 di pimpin oleh Kepala Desa yang bernama Wiradidjaya, beliau masih keturunan dari Sumedang yang ditugaskan oleh Raden Kusumadinata III yang memimpin Galuh saat itu. Masa Jabatan kuwu Wiradidjaya kuwu Pertama Jalatrang berhasil memimpin Jalatarang selama 38 tahun. Berawal dari tahun 1800 s.d Tahun 1838. 
Adapun Daftar Kepala Desa Jalatrang dari Masa ke masa adalah:
  1. WIRADIDJAYA : TAHUN 1800 – TAHUN 1838
  2. ARGASASMITA : TAHUN 1838 – TAHUN 1859
  3. WANGSADISASTRA : TAHUN 1859 – TAHUN 1870
  4. MUKASAN : TAHUN 1870 – TAHUN 1885
  5. DJAYADISASTRA : TAHUN 1885 – TAHUN 1896
  6. PRAJADINATA : TAHUN 1896 – TAHUN 1901
  7. WILAPRAJA : TAHUN 1901 – TAHUN 1912
  8. KARTADISASTRA : TAHUN 1912 – TAHUN 1922
  9. WILASTRA : TAHUN 1922 – TAHUN 1933
  10. KARTADIREJA : TAHUN 1933 – TAHUN 1946
  11. H. MA’MUN : TAHUN 1946 – TAHUN 1950
  12. AMINTA : TAHUN 1950 – TAHUN 1966
  13. ARGADISASTRA : TAHUN 1966 – TAHUN 1979
  14. ACENG DJAELANI : TAHUN 1979 – TAHUN 1988
  15. MEMED ARGA : TAHUN 1988 – TAHUN 1998
  16. ENDI : TAHUN 1998 – TAHUN 2007
  17. PANDI PRAJADISASTRA : TAHUN 2007 – TAHUN 2013
  18. ENDI : TAHUN 2013 – TAHUN 2019
  19. ARIF RISWANTO, SE (PJS) : TAHUN 2019 – TAHUN 2021
  20. DADI HARYADI : TAHUN 2021 – TAHUN 2027
Di bawah kekuasaan Kompeni, sistem pemerintahan tradisional yang dilakukan para bupati pada dasarnya tidak diganggu. Hal itu berlangsung pula hingga masa pemerintahan Hindia Belanda (1808-1942). Pada tanggal 15 Juni 1978, Desa Jalatrang mengalami pemekaran sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat nomor : 939/Pm.120-Pem/SK/1978 perihal Pemekaran Desa di Kabupaten Daerah Tingkat II Ciamis. Adapun Desa Pemekaran dari Desa Jalatrang adalah Desa Sukamulya Kecamatan Baregbeg (sekarang).Pada Tahun 1983 Desa Jalatrang mengalami lagi pemekaran, saat itu wilayah Selebu/pispun menjadi bagian dari wilayah Desa Sukawening yang sekarang menjadi Dusun Sukamanah.

B. Arti nama Jalatrang

1. Arti nama Jalatrang sendiri berasal dari dua kata, Jala dan Trang Berasal dari bahasa Sunda buhun. Kata Jala sendiri memiliki arti dasar Air, namun mengalami pengembangan makna ketika digunakan untuk istilah 'Ngajala', mengambil ikan menggunakan alat jaring heurap atau kecrik (bahasa Sunda), sehingga kata Jala juga digunakan untuk penyebutan alat untuk mencari ikan berupa jaring. Namun pada dasarnya kata Jala sendiri bermakna Air. Dan arti kata Trang sendiri bermakna a. terang/ ca'ang, b. jernih/bening/ hérang, dan c. jelas/jéntré/écés. (DR. Undang A Darsa). Jadi nama Jalatrang sendiri bermakna AIR YANG JERNIH/ Cai Nu Ngagenclang Hérang (Sunda) atau AIR YANG JELAS SUMBERNYA/ASALNYA (CAI NU JELAS SUNGAPANA).

2. Kata Jalatrang dalam arti lainnya diambil dari peribahasa Sunda buhun, "NGAJALATRANG" berasal dari kata "ATRA" yang bermakna Jelas. (écés/ jéntré-bahasa Sunda). Jadi kalimat "Ngajalatrang" berarti berbicara dengan lantang dan jelas. (kaharti/katarima- basa Sunda). Contoh kalimat Nga-jalatrang bahasa Sunda "Sang Prabu medar dawuh kalayan écés ngajalatrang"..(Ki Demang Wangsayfudin)

3. Kata Jalatrang juga oleh sebagian cerita Masyarakat berasal dari Tunggul Jalatrang, sebuah tempat di Jalatrang yang pernah dipakai oleh para leluhur Jalatrang untuk melakukan Sawala /Musyawarah atau merumuskan hal-hal penting terkait permasalahan atau mendiskusikan sebuah rencana. Tempat itu saat ini bercirikan pohon Hanjuang tinggi berdaun hijau dan tak jauh dari kantor Balai Desa Jalatrang.

C. Nama-nama Tokoh pendahulu Jalatrang

Tri tangtu adalah cara berpikir masyarakat tradisional Sunda. Tri tangtu berasal dari bahasa Sunda, di mana kata tri atau tilu yang artinya tiga dan tangtu yang artinya pasti atau tentu. Masyarakat tradisional Sunda memaknai tri tangtu sebagai falsafah hidup yang berpedoman pada tiga hal yang pasti yakni; Batara Tunggal yang terdiri dari Batara Keresa, Batara Kawasa dan Batara Bima Karana. Cara berpikir dalam pola pembagian tiga adalah umum untuk masyarakat Indonesia,karena orang Indonesia hidup dalam pertanian ladang. Dalam pandangan hidup orang Sunda, ditegaskan bahwa orang Sunda tidak mengandalkan keyakinan hidupnya itu pada kekuatan diri sendiri saja, melainkan pada kuasa yang lebih besar, pengguasa tertinggi, sumber dan tujuan dari segalanya, yang disebut dengan berbagai nama, antara lain Gusti Nu Murbeng Alam.

Dalam masyarakat Sunda,tri tangtu diterapkan dalam sejumlah hal, antara lain:

  • Senjata kujang, yang mempunyai tiga fungsi sekaligus yakni; pukul, potong, dan tusuk
  • Kujang sebagai pusaka, memiliki makna tritangtu:
    • a. Buana luhur, buana panca tengah, buana handap (larang)
    • b. Ratu, Rama, Resi
    • c. hirup, rasa, adeg
    • d. Gusti, manusa, alam
  • Kampung Sunda, yakni pemilik, pelaksana, dan penjaga.
  • Rumah adat Sunda yang terdiri dari ruang tengah, ruang belakang, dan ruang depan, dan strukturnya terdiri atas Suhunan (atap / buana luhur, imah (rumah) /buana tengah, dan ), kolong (ruang kosong di bawah rumah/buana handap)
  • Boboko atau wadah nasi yang dibuat dari jalinan bambu yang memilki tiga bentuk yakni bundar, segi delapan, dan bujur sangkar.
  • Aseupan, - segitiga dari atas ke bawah, dan seeng - segitiga dari bawah ke atas (hirup-hurip, hirup patunjang-tunjang)
  • iket / totopong Sunda
Dalam Perjalanan Sejarah Desa Jalatrang, tidak jauh dari Falsafah hidup tersebut.
  1. Adalah sosok Kiyai Durahman, salah seorang tokoh penyebar Agama Islam di Jalatrang yang berasal dari Cirebon. Beliau adalah salah satu sesepuh yang dihormati, dan disegani oleh Masyarakat Desa Jalatrang. Tokoh ini masuk kedalam kaRESIAN.
  2. Kiyai Mansyur atau Gagah Jurit, menurut cerita beliau adalah seorang sakti mandraguna. Seorang yang ahli memanah dan ahli dalam strategi perang. Munculnya Kiyai Mansyur (Gagah Jurit) ada hubungannya dengan nama Desa Jalatrang. Tokoh ini masuk kedalam kaRAMAAN.
  3. Kedua tokoh tersebut dibantu oleh empat Wangsa yaitu Wangsadita, Wangsakerta, Wangsamerta dan Wangsadriya. Mereka berempat ini mempunyai tugas dan fungsi masing-masing. Tokoh tersebut masuk kedalam kaRATUAN.
D. Cagar Budaya Desa Jalatrang

1. Batu Paninunan 

Menurut Cerita rakyat, bahwa Batu Paninunan itu berkisah dari seorang putri Raja yang di usir dan diasingkan oleh kakak kandungnya yang takut tersaingi oleh adiknya yang di tunjuk oleh sang raja untuk menjadi Ratu di kerajaan tersebut. Konon katanya, di tanah Pasundan (Jawa Barat), hidup seorang raja bernama Prabu Tapa Agung. Sang raja mempunyai dua orang putri bernama Purbararang dan adiknya, Purbasari. Suatu hari, raja memutuskan untuk menunjuk Purbasari menjadi ratu. Sang kakak marah, karena menurutnya yang harus menjadi ratu itu adalah dia. Muncul rasa dengki dalam hati Purbararang, dan dia mempunyai niat jahat untuk mencelakakan Purbasari. Di bantu penyihir, Purbasari wajah dan sekujur tubuhnya mengalami bintik-bintik hitam. Niat jelek Purbararang ternyata berhasil membujuk sang raja untuk mengusir Purbasari dari istana ke hutan belantara. Singkat cerita, Purbasari diasingkan ke hutan belantara, ketika beliau sambil berjalan ingin kembali dan tujuannya kearah Gunung Cupu, Purbasari istirahat di sebuah batu sambil melakukan nenun, dan sekarang terkenal dengan Batu Paninunan. Batu tersebut menumpuk tiga buah, dan dahulu terdapat juga batu jojodog (tempat duduk), Batu tersebut letaknya tidak jauh dari sungai Cibuyut daerah Bantarsari.

2. Batu Panuusan

Batu Panuusan berlokasi di wilayah Dusun Cikandung, masih di lokasi sungai Cibuyut, Batu tersebut berhubungan dengan Cerita Purbasari. Konon katanya, Purbasari dalam perjalanan mandi di Leuwi Banen, setelah itu beliau mengeringkan badannya di atas batu tersebut, sehingga dinamai oleh masyarakat saat itu Batu Panuusan.

Demikian Sejarah singkat Desa Jalatrang kecamatan Cipaku kabupaten Ciamis yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan hasil wawancara kepala desa Jalatrang (Dadi haryadi) dengan masyarakat yang dianggap mengetahui silsilah sejarah Jalatrang.
semoga dapat bermanfaat, dan tidak menutup kemungkinan ada penemuan baru atau sumber lain untuk merevisi tulisan ini.
Untuk informasi dapat mengunjungia Desa Wisata Nusantara
https://desawisata.page.link/xp5PcnEAqR9cnhRQA
Hatur nuhun


Jalatrang, 11 Februari 2022
Kades Jalatrang



Dadi Haryadi


Komentar

  1. Mantap pa kuwu bisa menggali sejarah desa jalatrang yang notabene kita semua awam terhadap sejarah tempat kelahiran kita sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bermanfaat dan mohon masukannya untuk menambah dan melengkapi sejarah Desa Jalatrang.

      Hapus
  2. semoga kita tidak melupakan sejarah

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Betul, dari Sejarah kita bisa tau bagaimana kita menghargai hasil karya pendahulu kita.

      Hapus
  4. Alhamdulillah pengetahuan yang sangat berarti.
    Hatur nuhun informasi na

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

JALATRANG MENDUNIA DENGAN POTENSI UNGGULAN DESA

GAMBARAN UMUM DESA JALATRANG Desa Jalatrang memiliki luas wilayah 630,375 hektar dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Desa ini terletak sekitar 15 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Ciamis. Penduduk Desa Jalatrang terdiri dari 2.248 kepala keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 6.513 jiwa yang terdiri dari 3.278 laki-laki dan 3.235 perempuan.   POTENSI DESA JALATRANG Desa Jalatrang memiliki beberapa potensi yaitu, Potensi Pertanian, Potensi Pariwisata, Potensi Kerajinan Tangan, Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Produk Unggula Desa. Selanjutnya, saya akan menjelaskan sekilas potensi yang ada di Desa Jalatrang. 1.       POTENSI PERTANIAN Desa Jalatrang memiliki Potensi pertanian yang sangat besar, baik dari tanahnya yang masih subur dan luas (Sumber Daya Alam) serta masyarakat yang sebagian besar adalah petani (Sumber Daya Manusia). Potensi yang ada belum terlaksana dengan maksimal, masih banyak lahan kosong yang

HAYU WISATA DI JALATRANG SEPUASNYA

JalatrangNews ; Desa Jalatrang Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis terdapat beberapa destinasi Wisata yang dapat dinikmati oleh para Traveler, baik wisata buatan, wisata alam, wisata kuliner, wisata edukasi maupun wisata budaya. Beberapa tempat yang dapat dikunjungi dan dinikmati bersama keluarga kerabat dan sahabat anda adalah: WATERBOM TIRTA SUMBER JAYA CIPANGALUN JATI SEWU CIBUNGBANG KAMPUNG BUNGUR JALATRANG KAMPUNG BILINGUAL (Cooming soon) KAMPUNG HORTIKULTURA KOPI DJATI  KEDAI DUREN CIPANGALUN DAPUR EMAK / KLINIK LAPAR SAUNG LESEHAN CIBUYUT VILLA DOMBA JALATRANG Berikut Wahana Wisata yang ada di Desa Jalatrang Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis 1. WATERBOOM TIRTA SUMBER JAYA CIPANGALUN Tirta Sumber Jaya Cipangalun Waterboom Sumber Jaya Cipangalun berlokasi di sebelah Barat dari Kantor Pemerintahan Desa Jalatrang, di Tempat Wisata tersebut terdapat beberapa wahana, diantaranya: Kolam renang, Ember tumpah, Perosotan, air mancur dll. Wahana Air mancur Fasilitas di lokasi wisata tersebu